Happy sunday bro ‘n sis
Hari minggu yang ceria, seceria hati gue yang mulai sempat nulis lagi setelah ditumplekin kerjaan hahahahaha. Pagi tadi keponakan gue yang cowo ada tanya gini “Om, kalo aku nikah pada usia antara 17-20 tahun gimana menurut om?”. Oopssss sejenak gue tertegun dengan yang dia tanyakan. Hmmmm ada apa ini? Apa dia….ah ga mungkinlah.
Lalu gue tanya “emang kenapa?”
Terus dia menjawab “Ah engga ada apa-apa kok. Om tenang aja, aku ga macam-macam kok dalam pergaulan. Aku nanya begini karena aku mulai ikutin berita tentang politik. Katanya anak SBY si Agus tuh mau diorbitin jadi pemimpin nasional model wakil presiden gitu. Lah dia kan masih muda om, minim pengalaman. Makanya aku ambil perumpamaan seperti yang aku tanyain ke om”. Dalam hati gue bersyukur kalo demikian, rada tenangan hati ini.
Begitu tahu keponakan gue kasih perumpamaan seperti itu, lantas gue jelasin ke dia bahwa tidak sepenuhnya tepat tapi…..ada benang merah yang sama yang kudu dimengerti.
Idealnya seseorang menikah ketika dia sudah dewasa secara umur, sikap dan pemikiran. Terkait umur, bila melihat secara hukum, maka usia diatas 17 tahun sudah dikatakan dewasa. Tapi menikah bukan hanya semata soal umur melainkan juga kedewasaan dan kemandirian. Apalagi untuk seorang pria, maka beban sebagai kepala keluarga adalah harus menafkahi keluarga. Dia harus bekerja dan berusaha supaya dia bisa menciptakana kesejahteraan keluarga. Kemampuan dan kepandaian yang dimiliki harus bisa dimanfaatkan agar bisa menghasilkan hal-hal yang positif buat keluarganya. Kan ga mungkin setelah menikah masih minta uang sama orang tua atau masih mengandalkan orang tua dalam setiap permasalahan yang ada di keluarganya. Inilah yang disebut harus dewasa bersikap dan berpikir bila ingin menikah.
Nah umumnya, usia 17 hingga 22 tahun itu seseorang masih labil secara jiwa dan emosi. Selepas umur 22 sampe 25 atau mungkin 27 tahun, seseorang mulai untuk memasuki masa kedewasaan. Pada masa inilah ujian dalam kehidupan mulai terasa seperti mencari pekerjaan, berpikir membuka usaha, membantu ekonomi orang tua, menyekolahkan adik-adik, menabung untuk masa depan dan persiapan menikah. Kompleksitas dari hal-hal yang timbul pada fase ini akan melatih seseorang menjadi dewasa hingga pada akhirnya dia menjadi siap untuk menikah dan menjalani hidup berumah tangga. Itu kira-kira penjelasan gue kepada keponakan yang mendengarkan serius sampe mulutnya ternganga-nganga hehehehe
Terkait si Agus anak SBY yang katanya mau diorbitkan jadi cawapres pendamping Prabowo setelah adanya pertemuan antara SBY dengan Prabowo, gue jelaskan kepada keponakan bahwa itu terlalu dini dan terburu-buru. Agus itu minim pengalaman dan hanya punya pengalaman dalam kemiliteran dengan pangkat terakhir Mayor. Itu ga akan cukup sebagai modal dalam memimpin bangsa. Waktu si Agus ikut pilkada Jakarta saja sebenarnya sudah terlalu tinggi buat dia. Cuma karena dia anak SBY saja bisa jadi cagub. Coba kalo bukan anak SBY, sulit rasanya dia bisa tiba-tiba ikut pilgub. Bagi yang lain harus merangkak dari kepengurusan partai, lalu maju sebagai calon anggota DPRD. Bila terpilih jadi anggota dewan, maka mulai lagi maju jadi Bupati atau Walikota dan baru Gubernur. Ada ga Agus seperti itu? Jelas ga lah!
Agus adalah hasil didikan militer, dimana kita tahu bahwa dalam kemiliteran hanya patuh pada perintah atau komando pimpinan tanpa boleh menolak. Jelas saja ini berbeda dengan dunia non kemiliteran (pemerintahan) yang lebih terbuka dalam berdemokrasi seperti menyanggah, menyampaikan pendapat atau pun menolak. Coba aja bayangkan semisal si Agus jadi Wakil Presiden tanpa pernah mengalami ujian sebagai anggota kepengurusan partai, tanpa pernah jadi anggota DPR/DPRD, tanpa pernah jadi Bupati atau Walikota dan tanpa pernah jadi Gubernur. Kemungkinan pola kepemimpinan militer bisa saja terbawa atau Agus akan banyak bertanya kepada SBY selaku ayahnya yang mantan Presiden tentang bagaimana cara memimping rakyat dan bangsa dengan bejibun permasalahan yang harus dihadapi. Kemandirian dan kedewasaan Agus dalam memimpin negara pastinya akan banyak diragukan kapasitasnya. Agus akan dibilang sebagai kepanjangan tangan atau bonekanya SBY yang masih punya hasrat berkuasa di negeri ini.
Selayaknya, Agus harus merangkak dari level Bupati atau Walikota untuk membuktikan kemampuannya dan sekaligus lepas dari bayang-bayang nama besar SBY ayahnya. Periode 5 tahun sebagai pemimpin daerah tingkat II bukan waktu yang lama. Bila Agus sukses memimpin kota/kabupaten, maka dia bisa lanjut maju ke level propinsi dengan bertarung ikut pilgub. Lupakan tentang pilgub Jakarta kemarin karena rakyat juga tahu itu semua karena SBY dan bukan karena kapabilitas dia bisa dicalonkan sebagai cagub. Tunjukan kalo Agus mampu membangun propinsi yang dipimpinnya dan setelah itu baru bertarung dalam pilpres. Waktu 10 tahun untuk menjalani ujian kedewasaan dan kemandirian dalam rangka memimpin negara bukan pula waktu yang lama mengingat Agus saat ini usianya masih dibawah 4o tahun.
Sekiranya Agus bisa mengambil contoh Pak Jokowi atau Pak Ahok dalam meniti karir sebagai pemimpin. Mereka berdua berangkat dari level pemimpin daerah tingkat II dan I serta aktif dalam kepengurusan partai. Namun yang terpenting kata gue kepada keponakan adalah si Agus harus bisa melepaskan dirinya dari label anak pepo.
Setelah panjang kali lebar dijelasin semuanya berdasarkan yang gue tahu, keponakan gue akhirnya paham dan mantap untuk mengikuti proses kehidupan sesuai tahapannya. Lantas dia bilang ke gue “Berarti melatih kedewasaan dan kemandirian itu bukan dengan cara instan tapi butuh waktu dan ujian yah om?”. “Yapzzzz tepat sekali nak” kata gue sambil tepuk pundaknya.
You might also like
More from Ojo Ngulik
Kami Tidak Takut dengan Negara Tetangga, Kami Lebih Takut terhadap…
Bro 'n sis, Pernah ga kalian ngebayangin Indonesia akan jadi negara seperti Korea Utara (Korut)? Iya Korut negara di semanjung Korea …
MRT-J: Maskot Kebangkitan Pembangunan Indonesia
Bangsa Indonesia sudah lama tertidur nyenyak dalam mimpi-mimpi indah tentang pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang, yang bicaranya ingin menjadi …
Tol Trans Jawa dan Inovasi Ekonomi Kerakyatan
Salam sejahtera semua Kelancaran distribusi orang dan barang dalam hukum ekonomi adalah sebuah keniscayaan. Ekonomi akan tumbuh kembang begitu dinamis saat …
Daging Beras Mahal? #2019GantiLapak
Belum lama ini, capres Prabowo dalam sebuah kampanyenya mengatakan kalau daging dan beras di Indonesia adalah salah satu yang paling …
Tiga Dimensi (3D) Debat Perdana Capres: Debut, Dagelan dan Drama
Debat perdana capres versi resmi KPU dalam rangka pilpres 2019 sudah usai dilaksanakan tanggal 17 Januari 2019 malam. Masing-masing kubu …
Mendukung Pidato Kebangsaan Prabowo “Indonesia Menang”
Hello bro n' sis, Met taon baru 2019 dulu yah, moga-moga semuanya pada makin sukses dan apa yang belom kalian capai …
Leave a Reply