“Saya melihat selama berbulan-bulan keliling Jakarta, memang akar permasalahan radikalisme adalah ketidakadilan. Banyak warga Jakarta merasakan ketidakadilan, ketidakadilan di bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan berbagai sektor kehidupan masyarakat,” ujar Sandiaga ketika menjadi pembicara dalam dialog kebangsaan ‘Jakarta dalam Harapan dan Tantangan Terhadap Radikalisme‘ di Kantor GP Ansor DKI Jakarta, Jalan Kramat Raya, Minggu (23/7/2017).
Sungguh saya tak habis pikir bagaimana mungkin radikalisme berakar dari permasalahan ketidakadilan seperti yang Sandi katakan? Radikalisme adalah bersumber dari pemahaman yang salah dalam memaknai suatu ajaran, terutama agama. Karena salah dalam memahami, maka orang pada akhirnya bertindak radikal atau ekstrem yang diluar akal sehat. Radikalisme boleh dikatakan adalah cikal bakal lahirnya teroris atau setidaknya berkaitan sangat erat dengan terorisme.
Bahwa banyak orang-orang yang bertindak radikal berasal dari kalangan bawah, bukan berarti itu karena faktor ketidakadilan yang mereka terima dan rasakan melainkan karena pemahaman dan pola pikir yang sempit. Kedua hal itu juga bisa terjadi kepada orang-orang dengan level pendidikan yang tinggi dan memiliki kekayaan. Banyak kelompok-kelompok radikal yang didukung oleh orang-orang yang mapan secara ekonomi, memiliki sumber daya yang melimpah, posisi strata sosial yang tinggi di masyarakat dan juga latar belakang pendidikan tinggi mulai dari sarjana hingga doktor bahkan profesor sekalipun.
Bila radikalisme bersumber dari ketidakadilan, maka sudah sejak zaman Soeharto akan banyak teror bom bunuh diri dan penyerangan kepada aparat kepolisian. Memang betul waktu era orba begitu represif terhadap hal-hal yang berseberangan dengan pemerintah dan UU Subversif begitu menakutkan rakyat, tapi faktanya adalah saat itu tidak pernah kita dengar ada bom bunuh diri. Betul terjadi ketidakadilan tapi rakyat masih rasional dan tidak melakukan tindakan radikal. Artinya apa?
Orang ramai berbicara bahwa ketidakadilan saat zaman orba banyak dirasakan oleh umat Islam sebagai penduduk mayoritas di negeri ini, tapi hal itu tidak lantas membuat NU dan Muhammadiyah ~ sebagai dua ormas terbesar ~ menjadi radikal. Juga bila dikaitkan dengan ketidakadilan yang diterima warga minoritas, tidak lantas membuat mereka menjadi radikal.
Lantas apa penyebab tidak terjadinya radikalisme dari kedua contoh di atas? Jawabnya adalah pemahaman dan pola pikir yang rasional! Saat orang masih bisa berpikir rasional dan juga dengan hati nurani yang baik, maka dia tidak akan menjadi fanatik terhadap agama dan segala bentuk radikalisme tidak akan mudah untuk diikuti. Dalam hal terkait agama, maka memahami dan memaknai ajaran agama tidak bisa hanya sepotong atau sepenggal saja melainkan harus menyeluruh hingga diperoleh arti dan tujuan sejatinya beragama seperti apa.
Tidak bisa dipungkiri bahwa ketidakadilan memang terjadi, namun itu bukan sumber atau dasar orang menjadi radikal.
Ketidakadilan utamanya akan berbuah pada aksi demonstrasi dan secara spesifik jika itu terjadi dalam bidang ekonomi yang menyebabkan jurang kemiskinan semakin melebar, maka akan melahirkan tindak kejahatan tapi bukan berupa bom bunuh diri. Coba kita telusuri adakah para penjahat yang mau meledakkan diri mereka atau menyerang kantor polisi? Hampir tidak ada atau bahkan tidak ada sama sekali. Penjahat karena motif ekonomi (didera kemiskinan) akan merampok korbannya, yang mungkin disertai tindak kekerasan atau pembunuhan. Sementara penjahat yang karena motif dendam akibat urusan politik atau sosial atau lainnya, akan menghabisi nyawa orang yang ditargetnya, Sekali lagi, tidak ada para penjahat itu mau menghilangkan nyawanya sendiri.
Bagaimana dengan pelaku bom bunuh diri dan juga teroris yang menyerang aparat keamanan? Faktor utamanya adalah karena salah memahami ajaran agama.
Para pelaku berpikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah memerangi orang jahat dan bila mereka meninggal, maka itu adalah mati di jalan Tuhan dan akan diganjar dengan surga berikut bidadari super cantik. Mengapa mereka bisa seperti itu? Tak lain adalah karena doktrin sesat yang mereka terima dari para pemimpin atau pembimbingnya. Doktrin sesat dan radikal yang mengajarkan bahwa orang atau kelompok yang bertentangan dengan mereka adalah musuh yang perlu dibinasakan dengan cara dibunuh dengan bom bunuh diri dan tindakan ini adalah jalan yang direstui oleh Tuhan serta diganjar surga.
Kembali pada pernyataan Sandi di atas, maka sesungguhnya menurut saya radikalisme bukan karena faktor ketidakadilan. Radikalisme tumbuh karena pemahaman keliru terhadap ajaran agama hingga menjadikan seseorang terkena fanatisme buta.
Oleh karenanya yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah :
- Menindak tegas setiap orang atau kelompok atau ormas yang menyebarkan paham radikal yang tidak mau mengakui dan juga bertentangan dengan UUD, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
- Hal lain adalah meminta para pemuka agama, tokoh masyarakat termasuk juga tokoh parpol untuk memberikan ceramah agama dan pendidikan politik yang baik dan menyejukkan kepada masyarakat. Hanya dengan cara inilah benih-benih radikalisme bisa dicegah dan tangkal.
- Mengenai ketidakadilan, ini menjadi tugas utama pemerintah untuk menciptakan pembangunan dibidang ekonomi dan sosial yang merata ke seluruh pelosok negeri dan lapisan masyarakat.
Dan inilah yang sedang dilakukan oleh Presiden Jokowi dengan segenap jajarannya.
^^^
Saat awan gelap berlalu, Awan Biru pun muncul
You might also like
More from Ojo Ngulik
Kami Tidak Takut dengan Negara Tetangga, Kami Lebih Takut terhadap…
Bro 'n sis, Pernah ga kalian ngebayangin Indonesia akan jadi negara seperti Korea Utara (Korut)? Iya Korut negara di semanjung Korea …
Indonesia – Kemana Arah Mana Bangsa Ini Akan Berjalan
Halo Sobat Pokers, Indonesia akan memasuki tonggak sejarah baru yaitu memilih presiden dan legislatif untuk masa pemerintahan 2019-2014. Untuk para pemilih di …
MRT-J: Maskot Kebangkitan Pembangunan Indonesia
Bangsa Indonesia sudah lama tertidur nyenyak dalam mimpi-mimpi indah tentang pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang, yang bicaranya ingin menjadi …
Tol Trans Jawa dan Inovasi Ekonomi Kerakyatan
Salam sejahtera semua Kelancaran distribusi orang dan barang dalam hukum ekonomi adalah sebuah keniscayaan. Ekonomi akan tumbuh kembang begitu dinamis saat …
Daging Beras Mahal? #2019GantiLapak
Belum lama ini, capres Prabowo dalam sebuah kampanyenya mengatakan kalau daging dan beras di Indonesia adalah salah satu yang paling …
Leave a Reply