“Kenapa juga minta CSR? Sejak dulu saat saya sampaikan ide ini susah dapat APBD nya. Karena APBD lebih suka (untuk) dapat UPS. Beli meja pimpong lah. Aduh capek berantemnya. Kemudian saya pikir bagaimana cara agar cepat membangun,” sepotong kalimat di atas disampaikan Ahok saat meresmikian Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jalan Baung III, Kebagusan, Jakarta Selatan.
Sudah ratusan RPTRA yang Ahok resmikan. Tentu kita bertanya, sebanyak itu uang dari mana? Kita tahu sendiri, Ahok dan DPRD selalu tidak sepakat kalau berkaitan dengan anggaran. Musuh Ahok di DPRD tak terhitung, karena memang Ahok adalah ancaman dari budaya korup yang sudah mendarah daging di kalangan anggota dewan.
Tapi, seorang Ahok tak pernah kehabisan ide. Kepedulian yang membuatnya terus-menerus berpikir keras, bagaimana caranya membangun tanpa terganggu masalah duit. Juga tanpa harus bermain mata dengan anggota dewan. Dan Ahok selalu menemukan caranya. Tanpa duit ia bisa membangun Jakarta. Ia bisa memberikan berbagai fasilitas untuk warga Jakarta.
Jurus yang Ahok gunakan adalah manfaatkan CSR (Corporate Social Responsibility) dan Kompensasi Kenaikan KLB (Koefisien Luas Bangunan). Inilah jurus Ahok yang dulu entah dipakai atau tidak, atau mungkin saja dipakai, tapi dalam bentuk semacam “setoran” tunai. Walhasil, bau-baunya pun tidak kelihatan apalagi wujudnya.
Ahok pernah bilang bahwa kita tidak bisa melarang orang untuk kaya, tapi setidaknya kita bisa membuat mereka jadi dermawan. Dan Ahok tidak mau CSR ini bentuknya uang tunai. Yang ia mau, CSR harus dalam bentuk sarana dan prasarana. Makanya, pada masa Jokowi lalu diteruskan Ahok, sudah sekian ratus RPTRA yang dibangun. Dan rencananya, Ahok menargetkan akan dibangun RPTRA untuk tiap 2 RW.
Inilah simbiosis mutualisme yang Ahok manfaatkan semata-mata untuk kepentingan warga Jakarta. Kalau Ahok mau korupsi, sebagaimana kaum bumi datar selalu menggoreng kasus Sumber Waras yang cuma 191 miliar, tentu jumlah 191 miliar itu terlalu kecil. Ahok bisa mendapat jumlah hingga triliunan jika ia mau. Itulah mengapa Ahok tidak mau CSR dalam bentuk uang. CSR harus dalam bentuk sarana-prasarana.
Belum lagi ada Kompensasi Kenaikan KLB yang uangnya cukup besar. Perusahaan-perusahaan besar dengan kantor besar, mereka terpaksa harus menaikkan KLB bangunan mereka. Sebelum era Jokowi dan Ahok, entah kemana uang kompensasi ini alirannya. Di era Jokowi dan Ahok, uang kompensasi KLB ini digunakan dengan sebaik-baiknya untuk membangun RUSUN dan sarana-sarana lainnya.
Dengan memanfaatkan kompensasi ini, tidak hanya solusi tempat tinggal yang didapat tapi juga solusi atas masalah banjir di ibukota. Ahok tidak asal menggusur daerah-daerah kumuh pinggiran kali, tapi Ahok juga memberikan solusi bagi mereka. Menyelesaikan masalah dengan tidak menciptakan masalah baru.
Kemarin, Presiden Jokowi meninjau proyek pembangunan Simpang Susun Semanggi. Kehadirannya disambut langsung Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dan juga Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Jokowi menilai bahwa pembangunan ini cepat sekali dengan dana yang sangat efisien, hanya 360 miliar. Ia juga mengacungkan jempol kepada gubernur DKI karena proyek ini tidak dibiayi oleh APBD, tetapi memakai dana kompensasi kenaikan KLB dari sebuah perusahan. Tidak hanya itu, Jokowi juga memuji kerja PT Wijaya Karya (WIKA) yang bekerja dengan sangat cepat.
Itulah mengapa saya sebut Ahok adalah orang yang cerdas. Seperti sebuah pepatah mengatakan “tak ada rotan akar pun jadi”, maka begitu pula dengan Ahok “tak ada APBD, CSR dan Kompensasi Kenaikan KLB pun jadi”.
Sulit untuk tidak mengatakan bahwa Jakarta adalah kota yang paling beruntung di Indonesia. Sebab, ia memiliki seorang gubernur yang cerdas yang terus berpikir bagaimana rakyatnya sejahtera.
Review
User Review
( votes)You might also like
More from Ojo Ngulik
Kami Tidak Takut dengan Negara Tetangga, Kami Lebih Takut terhadap…
Bro 'n sis, Pernah ga kalian ngebayangin Indonesia akan jadi negara seperti Korea Utara (Korut)? Iya Korut negara di semanjung Korea …
MRT-J: Maskot Kebangkitan Pembangunan Indonesia
Bangsa Indonesia sudah lama tertidur nyenyak dalam mimpi-mimpi indah tentang pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang, yang bicaranya ingin menjadi …
Tol Trans Jawa dan Inovasi Ekonomi Kerakyatan
Salam sejahtera semua Kelancaran distribusi orang dan barang dalam hukum ekonomi adalah sebuah keniscayaan. Ekonomi akan tumbuh kembang begitu dinamis saat …
Daging Beras Mahal? #2019GantiLapak
Belum lama ini, capres Prabowo dalam sebuah kampanyenya mengatakan kalau daging dan beras di Indonesia adalah salah satu yang paling …
Leave a Reply